Mengapa Barat Membenci Erdogan? | Berita Indonesia Hari Ini
*Sumayya Ghonoussi
Banyak topeng tersingkap pasca kudeta militer yang gagal di Turki Jumat lalu. Banyak pihak dari dari kanan maupun kiri yang tiada lemah memuja-muja demokrasi, HAM, massa dan kekuatan rakyat, tiba-tiba terungkap tidak lebih dari pseudo liberal dan seorang demokrat palsu.
Ironisnya, banyak “pakar”, “analis” dan “komentator” Barat yang pada pemilu lalu secara yakin memprediksikan AKP bakal jatuh, namun menjadi kekecewaan mereka ternyata menang, kini juga melakukan kesalahan lebih besar.
Alih-alih, menegaskan penentangannya atas kudeta militer serta mendukung demokrasi dan kehendak rakyat, mereka justru memilih bersama para pelaku kudeta walau kenyataannya mereka membom gedung parlemen dengan pesawat F16 dan menembaki aksi damai anti kudeta.
Mereka mencari pembenaran bagi plot untuk menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis, dan sebaliknya melemparkan kecaman kepada presiden yang terpilih rakyat ketimbang kepada para jenderal yang mencoba menggulingkannya.
Dan ketika kudeta berhasil dikalahkan, yang justru aneh, mereka justru beralih mengecam demokrasi berikut ancaman represi dan tirani berikutnya dari Erdogan yang disebutnya otoriter dan arogan.
Komentator Sunday Times bahkan tidak mengecam para pelaku kudeta, yang sebaliknya disebutnya dengan gambaran yang indah sebagai “penjaga sekularisme” dan “kekuatan kemajuan”, bahkan “modernitas sendiri” karena melakukan kudeta disaat orang lain terdiam dengan keadaan buruk, serta memperkirakan (jika berhasil) September akan memberikan hasil yang dikehendaki.
Simponi pemutarbalikan fakta dan pembusukan atas Erdogan juga dilakukan media sayap kiri. Setelah kudeta, Harian Guardian, yang liberal dan condong kekirian, memuat berita yang berjudul, “Turki sedang mengalami kudeta yang bergerak lambat oleh Erdogan sendiri, bukan oleh militer”.
Tidak adanya respon pemerintah-pemerintah Barat juga menjadi hal penting lainnya. Berada dibalik istilah diplomasi yang menipu, mereka pada awalnya menghindari kecaman atas kudeta, dan lebih memilih menggunakan kalimat “kehati-hatian” dan “menahan diri”
Hanya ketika puluhan ribu rakyat Turki yang tidak bersenjata turun ke jalan mengabaikan jam malam dan melawan upaya menyeret negeri mereka kembali ke era kegelapan kediktatoran militer, dan berupaya menundukkan para pemberontak, maka “kata-kata dangkal” mereka kemudian bergeser menjadi pernyataan tegas “mendukung demokrasi” dan ditambah pengungkapan kekhawatiran berlebihan atas para pelaku kudeta dan nasib mereka.
Erdogan mungkin melakukan banyak kesalahan, karena dia berada dalam situasi yang sangat kompleks, baik di dalam negeri maupun kawasan. Namun yang tidak dapat diabaikan bahwa kekuasaannya berdiri diatas legitimasi pemilu dan rakyat.
Baik anda menyukai ataupun menyumpahinya, presiden Turki ini telah melakukan banyak hal dalam demokratisasi negerinya ketimbang para pemimpin lain dalam sejarah Turki modern, memperkuat institusi sipil dan mendukung kekuasaan rakyat melawan dominasi militer yang telah mengobrak-abrik tata kehidupan politik di Turki.
Era AKP telah dilihat sebagai bangkitnya kekuasaan sipil dari hegemoni para jenderal, mereformasi militer dan merestrukturisasi lembaga keamanan, aparat intelejen dan pasukan khusus.
Melalui akumulasi tradisi demokrasi inilah, dengan liberalisasi sistem politik melalui pemilu, pluralisme politik dan menguatkan peran masyarakat sipil, rakyat Turki menjadi semakin bebas, berani dan mampu menghadapi kudeta militer.
Paradoksnya adalah tidak ada pemimpin di Timur Tengah yang lebih dibenci (Barat) ketimbang Erdogan padahal dia adalah salah satu kepala negara yang dipilih langsung secara demokratis di bagian dunia “kita”, namun justru dianggap sebagai “lubang hitam” dan antitesis “kita”
Dan sebagai bagian sekutu kita, diantara mereka adalah para otokrat licik dan para jenderal haus darah, namun mereka telah secara sengaja dikecualikan dari kritik, plot dan konspirasi kita. Kenyatannya, mereka bahkan banyak melakukan perbuatan keji untuk kita (Barat), karena beberapa sahabat kaya minyak di Teluk telah melakukan (perbuatan keji) itu di Mesir dan terus melanjutkannya di Libya dan beberapa negara lain di kawasan (Timur Tengah).
Untuk kepentingan ini: Pilih demokrasi yang merefleksikan apa yang kita inginkan, yakni mereka yang melakukan apa yang kita perintahkan dan mampu menjaga kepentingan kita, atau singkirkan mereka yang tidak menyetujui, dan itu menjadi skenario ideal kita. Pilihannya, kita harus berpaling kepada sahabat kita, para pelaku kudeta dan jenderal yang ada untuk melakukan intervensi taktis.
Orkestrasi para apologis akan segera bergerak memperbaiki kacamata hitam dengan pelbagai analisis dan komentar yang menyebut para pelaku kudeta sebagai “penjaga modernitas” dan “agen perubahan”, sedangkan para pemimpin yang dipilih rakyat sebagai para “diktator”.
Sedangkan rakyat yang berani membela pilihan politik mereka, digambarkan sebagai para fanatik gila agama atau dalam kasus Turki disebut sebagai “gerombolan Islamis Erdogan”, seperti dikatakan koran Inggris untuk para pendemo anti kudeta.
Yang benar adalah Barat tidak peduli tentang demokrasi dan HAM. Mereka menganggapnya tidak relevan jika berkaitan dengan teman dan sekutu yang berani menggunakan senjata untuk memukul lawan dan musuh mereka. Jika Erdogan dibully sekarang, ini bukan sama sekali karena dia adalah seorang demokrat atau tiran, namun karena dia tidak mau tunduk kepada keinginan Barat beserta syarat yang dipaksakannya untuk kawasan ini.
Tantangan riilnya adalah apakah Barat mau menerima dan benegosiasi secara adil dengan seorang pemimpin yang memenuhi keinginan rakyat dan kepentingan negerinya, yang mungkin tidak sejalan dengan keinginan dan kepentingan mereka?
*Sumayya adalah putri tokoh Islam Tunisia, Rasyid Ghanoussi yang tinggal di Inggris. Tulisannya merefleksikan cara pandang dan kritik domestik dirinya atas sikap media dan pemerintah Barat yang tidak adil terhadap kudeta berdarah di Turki. Carry Wickham menyebutnya sebagi auto-reform Islamist, lapis generasi ketiga Islamis yang kritis dan berimbang)
Sumber: MEMO/permatafm
from Muslimina http://ift.tt/2ancVre
via berita indonesai berikut ini adalah tag untuk berita hari ini yang sedang anda baca - Muslimina - yang terpampang di situs blogspot milik kita bersama ini, dukung terus perkembangan blog dengan menjadi bagian dari anggota, segeralah bergabung dan follow G+ untuk mendapatkan berita terbaru dan berita yang lebih heboh lainnya di blogspot milik kita bersama ini, terima kasih, semoga artikel ini bisa membantu - Tags - berita indonesia terbaru , indonesia hari ini, informasi berita koran indonesia, edisi majalah indonesia, indonesia dalam berita , indonesia dalam angka, liputan berita terkini, berita harian indonesia, berita politik dan informasi indonesia, indonesia tahun ini, indonesia bulan ini, indonesia dalam minggu ini, sekilas tentang indonesia, update harian indonesia, indonesia dalam blogspot, indonesia dalam data, data indonesia dalam internet, internet dan berita , baca berita hari ini, edisi terbaru blogspot indonesia, indonesia dan isinya, topik indonesia hari ini, mulai hari ini dengan berita, berita pagi indonesia Selamat Beraktivitas , luangan waktu untuk share dan berkomentar.
Post a Comment
This blog needed you to understand the word spam - never spam on this blog, although i will not moderate all of it, but you will learn it yourself, educate yourself