Rakyat.win ~ Di media sosial (medsos) ramai dibahas soal foto Kapolri Jenderal Tito Karnavian melakukan wefie dengan sekelompok netizen. Isu liar berhembus, para netizen ini adalah pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Isu yang gencar disebar, salah satu orang dalam pertemuan itu disebut-sebut merupakan juru bicara Teman Ahok Amalia Ayuningtyas yang telah melepas jilbab. Kapolri disudutkan dengan tuduhan kongkow-kongkow dengan pendukung Ahok. Kabar ini ternyata sama sekali tidak benar alias hoax.
Foto yang ramai dibahas itu ternyata merupakan pertemuan Kapolri dengan komunitas Masyarakat Anti Hoax yang para anggotanya memang aktif di media sosial seperti Ulin Niam Yusron, Enda Nasution, Shafiq Pontoh dan lainnya. Pertemuan itu dilakukan pada Rabu (23/11/2016). Selain Kapolri, dalam pertemuan itu ada juga Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli.
Di Facebook, para anggota komunitas Masyarakat Anti Hoax ini telah memberi penjelasan gamblang soal kabar sesat tersebut. Pertemuan dengan Kapolri itu bertujuan untuk membahas maraknya sebaran informasi hoax di media sosial.
Soal sosok yang diisukan sebagai Amalia Ayuningtyas itu juga telah diklarifikasi komunitas ini. Dia merupakan salah satu anggota komunitas Masyarakat Anti Hoax bernama bernama Ulin Niam Yusron. Sosoknya berambut panjang dan juga berkacamata.
Salah seorang anggota Komunitas Masyarakat Anti Hoax Muhammad Jawy juga sudah memberikan klarifikasi panjang lebar di akun Facebook-nya. Begini keterangannya:
Pertemuan Kapolri Itu
Penggagasnya adalah kami, yaitu komunitas Masyarakat Anti Hoax, mewakili keresahan ribuan warga yang kehilangan teman, hubungan keluarga besar tidak harmonis, akibat menggilanya sebaran hoax yang bahkan bisa memangsa orang berpendidikan tinggi.
Saya dan kawan-kawan aktivis anti fitnah, sudah berniat akan segera mendeklarasikan gerakan masyarakat anti fitnah, hasut dan hoax, sehingga bisa mensinergikan beberapa grup dan FP anti hoax, dan para netizen yang selama ini masih sporadis berjuang melawan hoax.
Saya sendiri berinisatif menyusun Piagam Masyarakat Anti Hoax. Termasuk membuat rencana gerakan ini untuk roadshow, silaturahmi ke tokoh budaya, tokoh agama, ustadz, alim ulama, tokoh pendidikan, tentang bahaya penyebaran hoax, yang ternyata sangat mengancam keutuhan bangsa ini.
Dan ketika usulan ini kami lemparkan ke berbagai pihak, termasuk ke lembaga negara, beberapa merespons, termasuk Polri. Polri juga punya program untuk pemberantasan hoax ini. Kebetulan kawan saya di Humas salah satu Polres juga menggunakan media sosial untuk mengkampanyekan bahaya hoax, baik dari sisi hukum ataupun moral.
Dan akhirnya Polri memberikan waktu kepada kami ini untuk bertemu, dan tidak tanggung-tanggung, Kapolri langsung yang akan menghadiri. Tentu kami menyambutnya dengan senang hati. Sehingga malam sebelum pertemuan itu, saya bela-belain nyelesaikan draft piagam di sebuah warnet di bilangan Jakarta Selatan, karena hari sebelumnya harddisk laptop saya tewas, dan saya kirim ke service center. Saya punya tiket Jakarta-Jogja hari Selasa, tapi karena kepastian acara ini mendadak, saya pun biarkan tiket Jakarta-Jogja hangus, dan baru ke Jogja, Rabu pasca pertemuan dengan Kapolri.
Alhamdulillah, meski malam itu kami cuma tidur sebentar, Piagam Masyarakat Anti Hoax bisa selesai kami print, dengan sebelumnya mendapat masukan dari beberapa rekan netizen. Dan Piagam tersebut yang menjadi bekal kami untuk bertemu Kapolri.
Dan Mbak Judith Lubis juga mengajak beberapa netizen, untuk ikut memberikan sumbang saran, terkait issue bagaimana membuat medsos ini kembali bersih, jauh dari hasut dan hoax. Ada Ulin Yusron, ada Enda Nasution, ada Shafiq Pontoh, ada Ndoro Kakung, ada Andre Darwis, dan beberapa lain yang saya kurang begitu paham.
Dan pertemuan itu.....
Kapolri membuka dengan kegelisahan beliau tentang betapa rusaknya media sosial kita akibat hoax. Beliau pun yang memang menjadi korban, merasakan bahwa penyebaran hoax ini sudah sangat tidak terkendali.
Kapolri meminta supaya masyarakat juga turut memadamkan api permusuhan di media sosial. Beliau mencontohkan Siskamling, maka harapannya ada juga Siskamling di dunia maya. (Yang sebenarnya memang sudah dimulai oleh beberapa aktivis anti hoax baik sporadis ataupun dengan membentuk grup/FP).
Tanya jawab dengan netizen berlangsung sangat seru, sampai akhirnya beliau harus ijin, karena jam 12 akan bertemu dengan tamu lainnya, kami pun berlanjut diskusi dengan Pak Kadiv Humas Polri, kurang lebih 30 menit.
Saya mendapat jatah berbicara di giliran terakhir. Karena saya memang mendapat amanat dari banyak kawan, untuk menanyakan banyak hal. Itu juga yang membuat saya berbicara dengan nada cukup keras, karena takut amanah dari kawan tidak tersampaikan. Alhamdulillah Kadiv Humas menanggapi dengan sangat rinci, dan beliau sangat apresiasi dengan gagasan komunitas ini.
Dan momen itu, Piagam Masyarakat Anti Hoax ditandatangani oleh kawan-kawan yang hadir. Satu copy disimpan oleh Polri. Setelah itu, kami berdiskusi informal dengan Pak Kadiv, termasuk bagaimana yang bisa dilakukan supaya Polri bisa semakin dekat dengan rakyat, bagaimana Polri bisa membantu komunitas anti hasut dan hoax untuk bisa saling kerjasama hingga di level daerah.
Akhir kata, kami mewakili komunitas masyarakat anti hoax, menghaturkan terimakasih banyak kepada Kapolri yang telah menerima kedatangan dan keluh kesah kami. Saya pribadi sangat terkesan karena beliau menjawab keluhan kami dengan sangat baik, sangat ramah, bukan tipe pejabat angkuh tapi sebaliknya, semua pertanyaan dijawab dengan runtut, rinci, dan dengan penguasaan ilmu hukum yang mumpuni.
Sebagai bukan pendukung salah satu Cagub di Pilgub DKI, saya pastikan kemarin tidak ada diskusi politik disana. Semua terfokus kepada pembahasan bagaimana hoax itu medsos bisa diberantas, bagamana supaya Polri semakin dekat dengan masyarakat, dan bagaimana kita berkiprah supaya bangsa ini tetap utuh.
Jadi kalau ada yang menuduh pertemuan kemarin punya agenda macam-macam, ya tidak aneh, bukannya memang mereka itu yang terbiasa memelintir informasi yang menyebarkan fitnah?
Allahu Yahdiik.
Anggota Masyarakat Anti Hoax lainnya Judith Lubis juga memberikan klarifikasi lewat Facebook-nya. Dia menegaskan bahwa tidak ada bahasan politik dalam pertemuan tersebut. Berikut penggalan keterangannya yang dikutip detikcom:
Saya Judith Lubis mewakili teman-teman komunitas, memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ternyata foto bersama bersama netizen justru ditafsirkan lain oleh beberapa pihak , meskipun saya dan hadirin bersaksi tidak ada bahasan politik di forum tersebut. Karena topik utama adalah bahasan bagaimana membersihkan fitnah dan hoax di medsos. Jika ada foto dari netizen yang dianggap kurang pantas, kami sekali lagi memohon maaf yang sebesar-besarnya pada Kapolri dan jajaran . Maafkan kekhilafan kami .
Saya sangat bersedih ketika Kapolri dinilai berpihak, oleh orang yang tidak hadir dalam pertemuan itu. Sedangkan bahasan dari Kapolri dan jajarannya sangat netral, semua bahasan berlandaskan bahasa hukum yang disampaikan secara runtut dan jelas untuk panduan kami memerangi berita Hoax.
Semoga tidak menyurutkan langkah kita untuk saling bersinergi memberantas hasut dan hoax.
Sumber: detik.com
Harian rakyat dan berita untuk rakyat dan kalayak umum, karena rakyat harus mengetahui segala sesuatu yang terjadi dengan tepat akurat, cepat dan terpercaya, Pastikan anda melakukan share dan berkomentar dari tayangan Membongkar Fitnah Keji Soal Foto Kapolri dengan "Pendukung Ahok". Ini Fakta Sebenarnya! Rakyat.win http://www.rakyat.win/2016/11/membongkar-fitnah-keji-soal-foto.html
Post a Comment
This blog needed you to understand the word spam - never spam on this blog, although i will not moderate all of it, but you will learn it yourself, educate yourself