Sekitar 3 pekan lalu seorang pria usia 50an keluar dari kantor sekolah tempat saya bekerja. Matanya berkaca-kaca, raut wajahnya tak tergambar, perpaduan antara sedih, marah dan kecewa. Betapa tidak, untuk kesekian kalinya dia harus memenuhi panggilan dari pihak sekolah karena kelakuan putra tunggalnya. kali ini karena rokok. Ya, siswa kelas 2 SMP dengan santainya membawa rokok ke sekolah, merokok diam-diam di jam istirahat, bahkan mempengaruhi teman-teman nya untuk ikut merokok.
Bisa saya bayangkan berkecamuknya pikiran Sang Bapak. Jangankan beliau, saya yang hanya guru dari putranya saja merasa sangat galau "dimana salah saya?" "apa saya gagal memberi contoh?".
4 tahun menjalani profesi sebagai guru, saya sangat berusaha keras memberi teladan terbaik untuk seluruh murid. Saya sangat hati-hati dalam bertutur kata dan bertingkah laku. Karena saya yakin, mereka akan mencontoh apa yang saya katakan dan lakukan. Boro-boro urusan merokok yang memang sangat merusak, perkara kecil seperti kebiasaan makan minum, film yang layak ditonton, musik yang layak didengar, kebersihan kuku sampai cara berpakaian saja harus dicontohkan. Mereka ini anak-anak polos, seperti kertas putih yang akan terwarnai dengan apapun yang ada disekitar mereka.
Lalu hari ini ada seorang Menteri, pejabat publik negara, perempuan pula, dengan santai nya merokok dihadapan awak media, ditonton oleh jutaan anak Negeri. Dalihnya "beginilah saya". Dia bahkan dengan bangga mengatakan kalau dia bertatto. WHAT THE H*LL!
Saya tak ada urusan dengan kebiasaan dan pola hidup seseorang, itu pilihan dari yang bersangkutan. saya tak peduli dengan berapa batang rokok yang dia habiskan sehari atau berapa banyak tatto yang dia punya. Jika saja dia bukan seorang pejabat negara, jika saja dia tidak melakukannya dihadapan umum, mungkin saya tidak akan sesewot ini.
Apa yang harus saya sampaikan jika besok murid-murid saya bertanya "Menteri saja boleh ngerokok, kenapa kami gak boleh?" atau "Berarti Tatto itu bukan sesuatu yang buruk, buktinya Ibu-Ibu tatto-an aja bisa jadi Menteri"
Jadi maaf, terlepas dari kehebatan bisnis dan perjalanan hidupnya yang mengesankan, saya harus mengatakan bahwa Ibu Susi tak tau diri dan tak tau posisi. Mungkin harus ada yang menyadarkannya bahwa saat ini dia bukan lagi pengusaha ikan di pangandaran melainkan seorang pejabat publik yang tingkah lakunya harus bisa jadi contoh. Tak boleh ada lagi "Beginilah Saya", karena sekarang dia adalah milik Negara.
Kalau tak dirubah, mungkin besok atau lusa, akan semakin banyak orang tua yang harus keluar dari kantor kepala sekolah dengan wajah lesu, karena putra-putrinya ketahuan merokok dengan dalih "Bu Menteri aja ngerokok!".
Tolong, ini tentang masa depan anak Negeri!
nastardfabdullah
from Muslimina http://ift.tt/1v6qNXS
via berita indonesai berikut ini adalah tag untuk berita hari ini yang sedang anda baca - Muslimina - yang terpampang di situs blogspot milik kita bersama ini, dukung terus perkembangan blog dengan menjadi bagian dari anggota, segeralah bergabung dan follow G+ untuk mendapatkan berita terbaru dan berita yang lebih heboh lainnya di blogspot milik kita bersama ini, terima kasih, semoga artikel ini bisa membantu - Tags - berita indonesia terbaru , indonesia hari ini, informasi berita koran indonesia, edisi majalah indonesia, indonesia dalam berita , indonesia dalam angka, liputan berita terkini, berita harian indonesia, berita politik dan informasi indonesia, indonesia tahun ini, indonesia bulan ini, indonesia dalam minggu ini, sekilas tentang indonesia, update harian indonesia, indonesia dalam blogspot, indonesia dalam data, data indonesia dalam internet, internet dan berita , baca berita hari ini, edisi terbaru blogspot indonesia, indonesia dan isinya, topik indonesia hari ini, mulai hari ini dengan berita, berita pagi indonesia Selamat Beraktivitas , luangan waktu untuk share dan berkomentar.
Post a Comment
This blog needed you to understand the word spam - never spam on this blog, although i will not moderate all of it, but you will learn it yourself, educate yourself