
PB, Jawa Barat – Kisah para Mujahid 212 asal Ciamis yang melakukan perjalanan menuju Jakarta dengan berjalan kaki, akibat pihak Perusahaan Otobus yang sedianya akan disewa tidak bersedia, karena adanya larangan. Kini menjadi pahlawan bagi para umat muslim lainnya, terutama bagi mereka yang bertemu langsung karena daerahnya dilalui oleh para peserta Aksi Bela Islam III.
Foto yang dipakai bukanlah foto terkait dengan kisah yang dimuat. Foto ini hanya terkait dengan aksi bela Islam III, yang diunggah oleh akun twitter @UusRsd milik “Uus Rusdiana Ciamis” yang juga ikut berjalan kaki dan sering memberikan informasi netizen. Uus menyebut jika wanita tersebut adalah seorang wartawati yang akan mengambil gambar para Kujahid, namun tidak kuasa menahan haru. Sambil menenteng kamera, wanita berjilbab tersebut mengusap tetesan airmatanya memakai kain penutup mulutnya.
Berbagai kisah dan cerita yang disampaikan oleh warga, bahkan tidak kurang dari foto-foto ikut bercerita kepada umat muslim lainnya, hingga tidak terasa airmata ikut menetes. Dari sekian banyak kisah dan cerita yang terjadi pembawaberita.com memilih sebuah kisah yang di posting oleh sebuah akun Facebook milik Dara Lana Tan. Berikut kisah yang dihadapinya.
*mohon dibaca ya*
Assalamualaikum wr wb.
Selamat Pagi. Sebuah kesaksian kabar dari para pejuang Mujahid Ciamis Jabar yg sdg bergerak menuntut Keadilan:
Penantian saya dan orang-orang yang berbaris di sepanjang Jl Raya Cileunyi, tidak sia-sia pun tidak surut walau hujan terus mengguyur.
Begitu rombongan pendemo dari Ciamis yang berjalan kaki muncul dari kejauhan, semua bersiap. Kami berdiri, berbaris panjang sekali di tepi jalan, menenteng kresek dan kardus berisi segala macam yang bisa kami berikan.
Air minum dalam kemasan, hansaplast, jamu dalam kemasan sachet siap minum, masker untuk jaga-jaga jika nanti gas air mata disemburkan penguasa, sandal jepit, jas hujan dan pakaian ganti plus sekantung plastik roti, donat, permen, buah, cemilan dll dalam satu plastik berbentuk paketan, kami bagikan.
Mereka, menerima dengan sangat senang hati. Takbir bersahutan tiada henti. Hujan, banjir, tidak menyurutkan massa untuk berkumpul memanjang dari Ujung Jalan Raya Cileunyi sampai Bundaran Cibiru dan sepanjang jalan Soekarno-Hatta sampai Kantor Perhutani Soekarno – Hatta.
Yang membuat saya merinding, seorang santri kecil berusia delapan tahun, terlihat ikut berjalan bersama rombongan. TANPA ALAS KAKI, mengatupkan kedua telapak tangan dan menggigil kedinginan diguyur hujan.
Segera saya “tewak” dan tarik ke pinggir anak itu.
“Sandalnya mana ?” tanya saya.
“Putus Buu, jadi saya buang,” katanya.
Seorang dari kami menyodorkan sepasang sandal jepit baru.
“Bawa baju ganti ?” tanya saya lagi.
Anak itu menggeleng.
Saya tarik makin ketepi, tepat di Teras Bank BJB ini. Saya minta dia melepas plastik kantung yang dipakainya untuk menahan hujan. Ternyata baju seragam santri yang dipakainya pun basah kuyup. Segera kami sodori sehelai kaos panjang dan trening panjang, lalu dia memakai jas hujan yang juga kami sodorkan.
“Kenapa ikut ?” tanya saya.
“Ngagentosan ( menggantikan ) pun Bapa ( ayah saya ),” jawab anak lelaki itu.
“Bapa ade kamana ( Bapakmu kemana ) ?” tanya saya sambil menggenggam kan beberapa lembar uang.
“Atos ngatunkeun ( sudah tiada ),” jawab seorang santri dewasa yang muncul di belakangnya.
Ada rasa nyeri yang menyayat perut di bawah iga kanan saya
Entah apa yang ada di benak para penghina, penyinyir dan penista yang kedua orangnya masih lengkap, berusia dewasa, punya biaya, uang banyak, gagah perkasa DAN dia MUSLIM tapi bisanya cuma menyinyiri, menista dan menghina…
Rombongan lewat, semua logistik paketan habis kami bagikan. Tinggal logistik dalam wadah kardus dan karung. Kami naikkan ke ambulance dan mobil-mobil bertanda rombongan.
Tetiba saya dibuat terkejut. Satu demi satu gadis-gadis berjilbab lebar itu bergantian memeluk saya dan saling berpelukan antar sesamanya dengan mata basah.
Ucapan syukur dan tangis kegembiraan mereka, juga terasa menyayat hati saya.
“Bu, ayo ikut !” teriak anak gadis berjilbab lebar dan mengendarai sepeda motor.
Saya diajak ikut mengiringi laju rombongan itu bersama anak-anak lain, dengan motor mereka.
Bahagianya hari ini, melupakan derita nyeri di hari pertama datangnya (maaf-red) “tamu bulanan” saya…..
Semua berita terbaru akan terus disajikan dalam blog brainbodymind, selamat membaca, dan jangan lupa untuk terus berlanganan blog ini.
Post a Comment
This blog needed you to understand the word spam - never spam on this blog, although i will not moderate all of it, but you will learn it yourself, educate yourself