Halloween party ideas 2015

Materi pelajaran sekolah telah diberikan di dalam kelas, sebagai media pembantu untuk meneruskan dan memudahkan pencarian informasi mengenai tugas tugas sekolah dan untuk menambah pengetahuan siswa atau bahkan untuk guru, maka blog ini memuat beberapa materi sekolah yang mungkin akan berkaitan dengan pelajaran anda dan dapat dipakai sebagai referensi, selamat membaca - materi pelajaran online sekolah sd, smp , sma ini, semoga membantu Penelitian menggunakan data pengindraan jauh (citra) berlangsung melalui dua tahapan, yaitu tahap persiapan dan tahap penginterpretasian citra.

1. Tahap persiapan

Langkah-langkah persiapan yang perlu diperhatikan antara Iain dijelaskan sebagai berikut.

a. Mempersiapkan data acuan yang akan digunakan untuk memecahkan masalah dan memperoleh hasil penelitian yang akurat. Data acuan antara lain berupa majalah, peta, buku, monografi suatu daerah, dan laporan penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian.

b. Mempersiapkan data pengindraan jauh.

Apabila data yang akan dianalisis berupa citra, maka dilakukan analisis visual/manual. Jika berupa data digital, maka dilakukan analisis digital dengan menggunakan komputer.

c. Menyusun mozaik

Menyusun mozaik citra adalah suatu kegiatan merangkai dan menyusun beberapa citra suatu wilayah (yang mencakup wilayah penelitian) secara berurutan dalam satu lembar. Tujuan penyusunan mozaik ini adalah untuk menggambarkan daerah penelitian secara menyeluruh dan utuh (adapun bagian yang overlap atau bertampalan dapat dihilangkan).

d. Melakukan pengecekkan data pada citra ke lapangan (jika diperlukan).



2. Tahap penginterpretasian citra

a. Pengertian interpretasi citra

Interpretasi citra adalah suatu kegiatan atau perbuatan mengkaji citra foto (foto udara) atau citra nonfoto untuk mengidentifikasi dan menilai arti penting suatu objek. Oleh .karena itu, apabila seseorang atau suatu lembaga ingin mengenali objek-objek tertentu di citra dan menganalisisnya, mereka perlu terlebih dahulu melakukan kegiatan pengkajian atau penginterpretasian citra. Interpretasi citra dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu interpretasi fisis dan interpretasi manusia.

1) Interpretasi fisis, berkaitan dengan relief dan hidrografi (misal, pola aliran sungai).

2) Interpretasi manusia, berkaitan dengan pola distribusi penduduk yang dapat mencerminkan relief, transportasi, dan tata air di suatu tempat.



b. Unsur-unsur dalam penginterpretasian citra

Pengenalan objek pada citra dilakukan dengan cara mengenali unsur-unsur utama citra berikut ini.

1) Rona dan warna. Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan objek yang terekam pada citra sedangkan warna adalah wujud yang tampak oleh mata dan menggunakan spektrum sempit. Contoh: rona gelap umumnya menunjukkan perairan.

Faktor-faktor yang memengaruhi rona antara lain (1) karakteristik objek (kasar/halusnya permukaan objek), (2) penggunaan film, (3) pemrosesan emulsi, (4) keadaan cuaca, (5) letak objek (pada lintang tinggi, khatulistiwa, atau lintang rendah), serta (6) waktu perekaman.

2) Bentuk, merupakan unsur yang spesifik dan mudah dikenali. Contoh: bentuk jalan raya biasanya lebih teratur daripada bentuk aliran sungai; bentuk gedung sekolah umumnya menyerupai bentuk persegi panjang serta menyerupai huruf I, L, atau U.

3) Pola, merupakan susunan keruangan suatu objek pada citra. Contoh: pola aliran sungai, pola permukiman, serta pola hutan homogen dan heterogen.

4) Situs, merupakan lokasi suatu objek terhadap objek lain, yaitu dalam kaitannya dengan lingkungan (misal rawa, tanggul sungai, dan daerah pasir). Situs dapat dimanfaatkan untuk mengambil kesimpulan, misalkan pengaruh lokasi terhadap keberadaan vegetasi di sekitarnya.

5) Ukuran, merupakan ciri-ciri objek seperti jarak, luas, tinggi, lereng, dan isi (volume). Contoh: objek lapangan sepak bola yang berbentuk persegi panjang dapat diukur luasnya.

6) Bayangan, merupakan hal yang dapat menyembunyikan detail atau objek di daerah yang lebih gelap. Dengan adanya bayangan, objek akan tampak lebih jelas. Contoh: bayangan dapat menggambarkan kecuraman lereng.

7) Tekstur, merupakan frekuensi perubahan rona pada citra dan umumnya dinyatakan sebagai tekstur kasar, sedang, atau halus. Contoh: hutan belukar bertekstur kasar, perairan bertekstur halus, dan sebagainya.

8) Asosiasi, merupakan keterkaitan antara satu objek dengan objek lain pada citra sehingga dapat dikenali. Contoh: gedung sekolah berbeda dengan rumah karena biasanya sekolah memiliki lapangan.



c. Tahap penginterpretasian citra

Penginterpretasian citra dapat dilakukan melalui dua macam cara berikut ini.

1) Penginterpretasian citra secara digital, yaitu berdasarkan piksel (bagian terkecil yang tergambar dalam citra). Setiap piksel memiliki rona tertentu. Contoh: 1 piksel data citra satelit SPOT mewakili luas 20 m x 20 m.

2) Penginterpretasian citra secara visual, yaitu berdasarkan ukuran, bentuk, bayangan, rona, tekstur, situs, dan pola.

Secara umum, interpretasi citra dilakukan melalui empat tahapan, yaitu deteksi, identifikasi, analisis, dan deduksi (kesimpulan).

1) Deteksi

Deteksi adalah usaha pengamatan data pada citra, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Pendeteksian citra juga meliputi usaha untuk menemukan objek-objek geografi di dalam citra. Deteksi berkaitan dengan jenis objek, jenis skala, dan kualitas hasil rekaman/citra. Deteksi keberadaan suatu objek ditentukan dalam pendeteksiannya, seperti adanya objek berupa gedung, sungai, atau tanah kosong.

2) Identifikasi

Identifikasi adalah usaha untuk mengenali dan mencirikan objek yang tergambar pada citra berdasarkan ciri-ciri yang terekam (misalnya dengan menggunakan alat stereoskop), yaitu ciri spasial, temporal, dan ciri spektral sebagai berikut.

(a) Ciri spasial, berkaitan dengan ruang, misalnya bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.

(b) Ciri temporal, berkaitan dengan umur benda (objek) atau waktu perekaman.

(c) Ciri spektral, dihasilkan dari perpaduan antara tenaga elektromagnetik dengan benda/ objek. Ciri spektral umumnya dinyatakan dengan rona dan warna.

Stereoskop adalah alat bantu untuk memperoleh penglihatan steroskopis yang memungkinkan pengguna untuk melihat objek secara simultan dari dua perspektif yang berbeda untuk mendapatkan efek tiga dimensi (3D), seperti dua foto udara yang berdekatan dan bertampalan pada garis terbang yang sama. Pandangan stereoskopis hanya terlihat pada bagian foto yang bertampalan.

3) Analisis

Analisis adalah usaha untuk mengetahui informasi lebih lanjut atau detail mengenai objek-objek tertentu. Sebagai contoh, perhitungan luasan areal pertanian atau kehutanan melalui citra foto, analisis wilayah rawan bencana, dan sebagainya.

Contoh: menganalisis pola dan hubungan spasial antarobjek geografi melalui data pengindraan jauh (citra foto/foto udara)

(a) Pilih foto-foto wilayah yang akan diteliti dan yang bersambung dalam satu jalur.

(b) Letakkan foto udara yang sudah dipilih di bawah stereoskop.

(c) Letakkan kertas transparan di atas foto udara yang telah dipilih.

(d) Identifikasi kenampakan objek-objek geografi yang tampak.

(e) Kelompokkan kenampakan berdasarkan ciri spasial (misalnya tekstur dan rona yang sama), dengan membuat garis deliniasi (pengelompokkan) dan kode tertentu pada kertas transparan.

(f) Petakan seluruh kenampakan yang sudah diidentifikasi pada kertas transparan.

(g) Setelah itu, lakukan cek lapangan untuk memastikan kebenaran atas kenampakan hasil identifikasi dengan keadaan sesungguhnya di lapangan.

(h) Setelah melakukan cek ke lapangan, selanjutnya dapat dilakukan penganalisisan data secara menyeluruh. Analisis citra tentu saja disesuaikan dengan kepentingan dan tujuan analisis.

Ilmu geografi itu sifatnya dinamis karena analisisnya berdasarkan dimensi waktu dan gejala-gejala geosfer yang selalu berubah. Oleh karena itu, kita dapat menganalisis hasil penafsiran bentang alam dan bentang budaya pada citra melalui penganalisisan ciri dan hubungan spasial antarobjek geografi. Contoh: ruang yang terekam pada lembar citra foto berupa areal hutan, setelah diidentifikasi dapat dicari karakteristik dan hubungan spasialnya, antara lain dijelaskan sebagai berikut.

(a) Bentuk persebaran hutan yang tidak teratur, yaitu dapat diakibatkan karena topografi, kesuburan tanah, atau adanya aktivitas penebangan oleh manusia.

(b) Bayangan hutan pada citra yang tampak berbeda di daerah berlereng curam dengan daerah agak landai.

(c) Pola hutan tidak beraturan tetapi pola perkebunan lebih teratur.

(d) Tekstur hutan hujan tropis tampak kasar. Adapun hutan homogen, hutan belukar, dan semak-semak bertekstur sedang. Stepa bertekstur halus.

(e) Situs hutan hujan tropis ialah di tanah kering: situs hutan rawa ialah di dataran pantai berair payau; serta situs sabana, stepa, dan gurun ialah di pedalaman pulau/benua dan di daerah bayangan hujan.

(f) Asosiasi menjelaskan bahwa setiap jenis hutan memiliki ciri-ciri tertentu seperti berikut.

- Pohon yang beragam jenis dan ukuran.

- Mahkota atau tajuk daun yang bertingkat.

- Tumbuhan banyak berupa tumbuhan merambat.

(g) Kondisinya lembap, karena sinar matahari tidak dapat menembus dedaunan hingga permukaan tanah.

4) Deduksi (kesimpulan)

Deduksi adalah suatu proses yang didasarkan pada bukti-bukti yang mengarah kepada hal tertentu (kesimpulan). Bukti-bukti tersebut didapat dari objek yang tampak pada citra dan kemudian dikaitkan dengan objek lain.

jangan lupa tambahkan komentar dan berikanlah like atau share pengetahuan anda dan sebarkan apa yang anda baca hari ini, karena barang siapa membantu mendapatkan informasi bagi orang lain , maka dia adalah orang yang berguna , selamat beraktifitas kawan, semoga pelajaran dan artikel diatas dapat membantu menambah wawasan anda, barangkali ada informasi yang kurang atau salah, silahkan komenter dan beri masukan.

Post a Comment

This blog needed you to understand the word spam - never spam on this blog, although i will not moderate all of it, but you will learn it yourself, educate yourself

Powered by Blogger.