Bacakan Puisi Kekejaman Komunis Taufik Ismail Diusir Di Forum 'Membedah Tragedi 1965' | Berita Indonesia Hari Ini
Pemerintah Jokowi melalui Dewan Pertimbangan Presiden dan Kantor Koordinator Politik Hukum dan Keamanan menggelar simposium nasional bertajuk 'Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan', yang diadakan di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (18/4/2016).
Seperti dilansir merdeka.com dan Suara.com, saat akan memasuki sesi terakhir dari rangkaian acara, tiba-tiba penyair senior Taufik Ismail tampil dan langsung membacakan sebuah puisi di hadapan para peserta simposium.
Sebagian hadirin langsung riuh, dan beberapa di antaranya meneriakkan ketidaksukaan mereka atas penampilan sastrawan Taufik Ismail yang membacakan puisi yang bercerita tentang kekejaman komunis membunuh masyarakat di sejumlah negara di dunia.
Selama membacakan puisinya, Taufik diiringi oleh sejumlah sorakan dan teriakan cemoohan dari beberapa peserta simposium, yang ditanggapi Taufik dengan mengikuti
kalimat-kalimat sorakan tersebut di sela-sela bait puisi yang sedang dibacakannya.
Hingga sampai pada suatu bait puisi Taufik yang menceritakan mengenai orang-orang yang membantai saudara sebangsanya sendiri, maka timbul lah suara protes yang lebih lantang dari arah para peserta simposium, dengan menggunakan pengeras suara.
"Berhenti! Itu provokator, itu provokator!" teriak seorang peserta melalui pengeras suara.
Tanpa menghiraukan mereka, Taufik terus membacakan puisinya walau suasana sudah semakin riuh dengan suara-suara protes dari para peserta simposium.
"Itu bukan puisi, itu provokasi," teriak salah seorang peserta simposium lainnya.
"Biar saya selesaikan puisinya..." ujar Taufik yang langsung dihentikan oleh salah seorang panitia simposium, demi menyudahi kegaduhan yang terjadi.
Tanpa sepatah kata, Taufik pun akhirnya pergi diiringi riuh sorakan dan teriakan dari peserta simposium yang mencemoohnya dengan berbagai kalimat cemoohan.
Diketahui, Taufik Ismail merupakan salah satu punggawa dari kelompok Manifestasi Kebudayaan (Manikebu), yang pasca G30S dinilai cukup vokal menyerang Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) sebagai basis kesenian dan onderbouw Partai Komunis Indonesia (PKI).
Sentimen para peserta simposium yang sebagian besar merupakan para korban dan penyintas Tragedi '65 nyatanya masih cukup besar kepada penyair tersebut.
Apakah ini pertanda bangkitnya PKI sudah terjadi?
from Muslimina http://ift.tt/1WEFPWe
via berita indonesai berikut ini adalah tag untuk berita hari ini yang sedang anda baca - Muslimina - yang terpampang di situs blogspot milik kita bersama ini, dukung terus perkembangan blog dengan menjadi bagian dari anggota, segeralah bergabung dan follow G+ untuk mendapatkan berita terbaru dan berita yang lebih heboh lainnya di blogspot milik kita bersama ini, terima kasih, semoga artikel ini bisa membantu - Tags - berita indonesia terbaru , indonesia hari ini, informasi berita koran indonesia, edisi majalah indonesia, indonesia dalam berita , indonesia dalam angka, liputan berita terkini, berita harian indonesia, berita politik dan informasi indonesia, indonesia tahun ini, indonesia bulan ini, indonesia dalam minggu ini, sekilas tentang indonesia, update harian indonesia, indonesia dalam blogspot, indonesia dalam data, data indonesia dalam internet, internet dan berita , baca berita hari ini, edisi terbaru blogspot indonesia, indonesia dan isinya, topik indonesia hari ini, mulai hari ini dengan berita, berita pagi indonesia Selamat Beraktivitas , luangan waktu untuk share dan berkomentar.
Post a Comment
This blog needed you to understand the word spam - never spam on this blog, although i will not moderate all of it, but you will learn it yourself, educate yourself