PB, Jakarta – Para penambang rakyat yang biasanya terlihat berjalan di sekitar lokasi penambangan penuh dengan lumpur yang melekat di seluruh baju yang mereka pakai, kali ini mereka muncul dengan pakaian bersih dan seragam, namun hanya satu yg tidak berubah, mereka tetap penuh semangat.
Semangat mereka terlihat begitu ceria, mengingat hari ini mereka sedang berkumpul dan ingin menyatakan pendapat kepada pemerintah, terutama kepada Presiden Joko Widodo, jika mereka harus bisa mendapatkan legalitas dan pengakuan secara penuh dari pemerintah.
Bahkan mereka dengan berani berusaha untuk menyewa ruangan gedung milik PT. Aneka Tambang di jalan TB. Simatupang Jakarta Timur, yang dianggap represtatif untuk menyambut Jokowi, namun mereka hari ini rupanya tidak berhasil.
“Kalau istilah anak muda, kami ternyata hanya di PHP-in oleh Jokowi, yang katanya berjanji akan datang,” ujar Ketua Umum Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia (Aspri) Ir, Gatot.
Gatot dalam sambutannya menceritakan keberadaan tambang dan penambang rakyat yang sudah memberikan sumbangsih penting bagi negara.
“Lidah Api, pada ujung tugu Monumen Nasional (Monas) yang dilapisi oleh emas, adalah hasil dari penambangan rakyat, bukan dari pabrik,” ujar Gatot yang mengatakan jika pemerintah tidak bisa melegalkan dan menerima keberadaan penambangan rakyat secara penuh, maka pemerintah bisa dipastikan mengalami kerugian yang sangat besar.
Gatot menceritakan bagaimana para penambang tersebut, selalu menjual hasil penambangan, terutama emas ke pasar gelap, (Black Market) dan ini tentunya menghilangkan hasil pendapatan bagi mereka, khususnya soal Pajak dan Retribusi.
“Jika Jokowi pandai, maka hasil penambangan rakyat bisa memberikan kontribusi kepada sektor pajak dan retribusi sampai dengan 10 trilyun setahun,” ujar Gatot.
Selama ini penambangan rakyat atau biasa disebut penambang liar, memiliki penghasilan yang memang tidak sedikit, menurut salah satu pemilik modal bagi penambang, jumlah pungutan liar yang dilakukan oleh oknum aparat setiap hari bisa mencapai hingga 200-300 ribu untuk satu orang, sementara yang masuk ke lokasinya yang berada di wilayah Sulawesi Utara, bisa mencapai hingga 100 orang.
“Itu hitungannya hanya untuk uang rokok dan makan hari-hari, belum lagi untuk perbulan, harus sampai ke “atas” bahkan hampir setiap kegiatan atau acara dari instansi bersangkutan selalu saja datang untuk meminta sumbangan,” ujarnya mewanti-wanti agar identitasnya di samarkan mengingat kondisi penambangan liar di lokasinya sangat ketat persaingan, terutama soal beking antar aparat.
” Jika Ketum katakan bisa menghasilkan 10 trilyun pertahun untuk retribusi dan pungutan resmi, maka kita pasti sama-sama tahu jumlah transaksi pertahun di pasar gelap, bisa mencapai hingga ratusan trilyun, untuk satu tahun,” ucapnya tidak percaya dengan sikap pemerintah yang justru membiarkan mereka menjadi penambang liar yang selalu menjadi sapi perah para oknum aparat.
(Jall)
Semua berita terbaru akan terus disajikan dalam blog brainbodymind, selamat membaca, dan jangan lupa untuk terus berlanganan blog ini.
Post a Comment
This blog needed you to understand the word spam - never spam on this blog, although i will not moderate all of it, but you will learn it yourself, educate yourself