Halloween party ideas 2015













Oleh Sri Rejeki



Dengan gagah berani mereka menghadang para pemotor yang melewati trotoar. Tidak jarang, sumpah serapah dan hinaan mereka terima. Ibarat pendekar dengan senjata papan bertuliskan ”Trotoar untuk Pejalan Kaki”, mereka tak gentar membela hak pejalan kaki.



Nurul Kumari (37) bersama ketiga rekannya menghampiri tiga petugas kepolisian. Ketiga petugas itu tengah duduk di atas jok sepeda motor yang diparkir di atas trotoar di depan gedung Skyline Building di Jalan Thamrin, Jakarta. Sambil tersenyum ramah, Nurul meminta para petugas itu agar tidak parkir di atas trotoar. Sambil senyum-senyum, ketiganya menuruti permintaan Nurul dan teman-temannya dari Koalisi Pejalan Kaki. Mereka lantas bergabung dengan para petugas lainnya yang memarkir motor di ujung median jalan, di dekat perempatan Jalan MH Thamrin dan Jalan KH Wahid Hasyim.



”Duh, sebenarnya saya deg-degan, lutut saya lemas. Saya coba memberanikan diri waktu mengingatkan pak polisi tadi karena sesungguhnya mereka itu contoh bagi masyarakat,” ungkap Nurul.



Sore itu, Nurul turun ke trotoar bersama Anthony Ladjar (39), Laily Fitria (36), dan Riri. Mereka adalah sukarelawan di Koalisi Pejalan Kaki yang rela ”muka badak”, menahan malu dan takut, demi membela hak pejalan kaki.



Sumpah serapah atau caci maki sudah sering mereka terima ketika menghadang para pemotor yang nekat naik ke trotoar. Risiko tertabrak pemotor yang nekat juga bukan sekali dua kali mereka hadapi. ”Paling sering itu dibilang gila. Pernah juga ada yang bilang, udah mbak, mending nyuci aja di rumah,” ungkap Laily sambil tertawa geli mengenang pengalamannya.



Ide kegiatan ini berasal dari Anthony Ladjar yang aktif dalam Komite Penghapusan Bensin Bertimbal. Dulu, sebenarnya ia pemotor yang kemudian beralih ke moda transportasi ramah lingkungan, seperti sepeda, kereta, dan bus umum. Anthony punya kegemaran mengunjungi museum yang ia tularkan kepada anak-anaknya. Suatu saat di pertengahan 2011, ia mengajak anak-anaknya pergi ke Museum Fatahillah di kawasan Kota Tua, Jakarta.



Di sana ia mengalami peristiwa tak terlupakan, yakni pemandangan motor-motor yang naik ke trotoar ketika lalu lintas tengah macet. Pertanyaan seorang anaknya yang saat itu masih duduk di kelas I SD menohok kesadaran Anthony karena sebenarnya saat itu ia kadang-kadang masih melakukan pelanggaran yang sama, yakni melewati trotoar dengan sepeda motor dan menyabot hak pejalan kaki.



”Di sekolah, anak-anak belajar bahwa trotoar itu untuk pejalan kaki. Namun, di lapangan, yang mereka lihat pejalan kaki tersisih dari trotoar. Saya tidak mau anak saya menganggap apa yang ia lihat itu benar,” kata Anthony.










Menutup trotoar

Anthony kemudian berdiskusi dengan beberapa rekannya dari komunitas KRL Mania. Dari sini muncul gagasan untuk sosialisasi atau kampanye tentang hak pejalan kaki. ”Kami lalu buat spanduk untuk kampanye dengan cara berdiri di trotoar. Lokasi sosialisasi pertama di depan sebuah bank di kawasan Kota Tua. Para pedagang di dekat kami mendukung dengan menutup tepi trotoar memakai kayu atau bambu karena ternyata di belakang kami para pemotor itu nekat naik trotoar lagi,” kata Anthony.



Saat itu ia ditemani tiga rekannya, para pegiat di berbagai komunitas, yakni Sugiarjo, Panto, dan Deddy Herlambang. Mereka berkampanye pukul 10.00-12.00. Sejak itu, mereka kerap membuat kegiatan serupa, terutama pada Jumat. Tempatnya bisa berpindah-pindah dan jamnya berubah-ubah. Paling sering di dekat kantor Anthony, di seputaran Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, Jalan Sabang, atau Bundaran HI pada pukul 17.00. Mereka biasanya membekali diri dengan semacam spanduk vertikal bertuliskan, ”Trotoar untuk Pejalan Kaki”, ”18 Pejalan Kaki Tewas Setiap Hari”, dan lainnya. Anthony bahkan pernah melakukan hal ekstrem dengan berbaring di trotoar untuk menghadang pemotor naik menggunakan trotoar.



Jembatan penyeberangan

Jalan kaki, menurut Anthony, merupakan transportasi dasar. Tidak ada aktivitas yang luput dari proses jalan kaki. Namun, sayangnya, paradigma masyarakat dan pemerintah selama ini masih kurang terhadap pejalan kaki. Misalnya, penempatan pot tanaman di trotoar atau trotoar digunakan untuk berdagang yang mengurangi ruang bagi pejalan kaki. Masih banyak kebijakan dan praktik yang menyisihkan pejalan kaki, padahal aktivitas jalan kaki selain ramah lingkungan dan energi juga menyehatkan.



”Di sisi lain, pejalan kaki tidak selamanya benar. Misalnya, menyeberang sembarangan, padahal sudah disediakan jembatan penyeberangan. Walaupun keberadaan jembatan penyeberangan juga diperdebatkan, apakah memang untuk pejalan kaki atau untuk memperlancar arus kendaraan di jalan raya,” kata Anthony.



Menurut dia, jembatan penyeberangan yang ada saat ini belum ramah terhadap warga lansia dan difabel karena kemiringannya yang curam. Banyak jembatan penyeberangan tertutup papan iklan sehingga menimbulkan kerawanan terhadap keamanan penggunanya. Ia sendiri lebih cenderung memandang tidak perlu ada jembatan penyeberangan agar kendaraan yang melintas tidak memacu kendaraan terlalu cepat karena ketiadaan hambatan.



”Sebagai ganti jembatan penyeberangan bisa dibuat zebra cross dengan struktur agak tinggi untuk meredam kecepatan atau dengan pelican cross. Pejalan kaki bisa memencet tombol agar lampu merah menyala sehingga ia bisa menyeberang,” katanya.



Anthony membebaskan jika ada pihak lain yang ingin mereplikasi kegiatan ini sehingga kegiatan serupa ditemukan pula di beberapa kota lain, seperti Bandung, Bogor, Yogyakarta, dan Palembang. Koalisi ini sifatnya lebih sebagai gerakan bersama.



Oleh karena sifat komunitasnya yang cair, kegiatan sosialisasi berlangsung sporadis. Tidak jarang, koalisi ini turun ke jalan hanya dengan dua atau tiga orang. Namun, pernah pula melibatkan 20 orang dan mengundang partisipan hingga 80 orang. Partisipannya selain sesama aktivis sosial juga mereka yang secara spontan bergabung di jalan atau yang mengikuti kegiatan akun mereka, Koalisi Pejalan Kaki, di Facebook.

























































Sumber: tribunnews





from Suaranews http://www.suaranews.com/2014/12/polisi-malu-saat-para-pendekar-trotoar.html

via Berita Indonesia, SuaraNews, semua artikel resmi dari suaranews, silahkan kunjungi website suaranews untuk mendapatkan informasi dan berita yang lebih lengkap. nikmati terus informasi terbaru dan berita aktual lainnya juga. selamat beraktivitas

Post a Comment

This blog needed you to understand the word spam - never spam on this blog, although i will not moderate all of it, but you will learn it yourself, educate yourself

Powered by Blogger.