Saya sering ditanya, “Kok anak-anak manggilnya ABAH, bukan ABI?”
Saya bilang, “Di dalam Al Quran dan As Sunnah, panggilan anak ke ayahnya itu; ya Abah, bukan ya Abi..”
Di dalam Al Quran, terdapat delapan kata “abati” yang selalu didahului dengan kata panggilan “ya” ( يا أبت ), yang artinya “wahai ayah atau wahai ayahku.”
Di dalam ilmu qiroat, ada dua imam yang membaca dengan memfathahkan huruf ta’ menjadi ya abata, yaitu; Abu Ja’far dan Ibnu Amir). Nah, sebagian imam qiroat seperti Ibnu Katsir, Ibnu Amir, Abu Ja’far, dan Ya’qub membaca kata يا أبت denga “Yaa Abah” pada saat waqaf (berhenti).
Di dalam hadits pun disebutkan, bahwa para sahabat memanggil bapak mereka denga panggilan “ya Abah”, bukan “ya Abi”.
Misalnya, hadits riwayat Imam Ahmad berikut:
عَنْ فَاطِمَةَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكَلَ عَرْقًا فَجَاءَ بِلَالٌ بِالْأَذَانِ فَقَامَ لِيُصَلِّيَ فَأَخَذْتُ بِثَوْبِهِ فَقُلْتُ يَا أَبَهْ أَلَا تَتَوَضَّأُ فَقَالَ مِمَّ أَتَوَضَّأُ يَا بُنَيَّةُ فَقُلْتُ مِمَّا مَسَّتْ النَّارُ فَقَالَ لِي أَوَلَيْسَ أَطْيَبُ طَعَامِكُمْ مَا مَسَّتْهُ النَّارُ .
“Dari Fatimah, ia berkata; Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam datang menemuiku, lalu beliau makan ‘araq (tulang yang masih ada dagingnya. Bahasa Jawa; tetelan). Tak lama, Bilal mengumandangkan adzan. Maka, beliau pun berdiri mau shalat (ke masjid). Tapi baju beliau aku pegangi. Aku bilang; “Yaa Abah (wahai ayah), apa engkau tidak wudhu dulu?” Kata beliau; “Kenapa mesti wudhu?” Aku berkata; “Bukannya engkau barusan makan sesuatu yang terkena api?” Beliau berkata; “Bukankah sebaik-baik makanan kalian adalah yang tersentuh api (dimasak)?”
Atau dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari, dimana Aisyah memanggil ayahnya (Abu Bakar Ash Shiddiq) dengan panggilan: “Yaa Abah”. Aisyah berkata,
لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وُعِكَ أَبُو بَكْرٍ وَبِلَالٌ قَالَتْ فَدَخَلْتُ عَلَيْهِمَا فَقُلْتُ يَا أَبَهْ كَيْفَ تَجِدُكَ .
“kKetika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang ke Madinah, Abu Bakar dan Bilal terkena demam. Aku pun menemui mereka. Aku berkata -kepada Abu Bakar-; “Yaa Abah (wahai ayahku), apa yg engkau rasakan?””
Dalam Shahih Al-Bukhari, tertulis “Ya Abati”. Tapi Imam An Nawawi dalam Khulashatul Ahkam dan Ibnu Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah, menuliskannya dengan “Ya Abah”, sebagaimana yang saya tulis di atas.
Dan masih sangat banyak hadits lain yang menunjukkan, bahwa orang Arab dulu memanggil ayah mereka dengan panggilan “Yaa Abah”, bukan “Yaa Abi”.
Wallahu a’lam..
Tapi sama sekali tidak salah dan tidak ada larangan, memanggil ayah dengan “Abi”. Saya hanya cuman sekadar menjawab pertanyaan mereka yang bertanya kepada saya.
Ustadz Abduh Zulfidar Akaha, Lc.
from Muslimina http://ift.tt/1wpLtPz
via berita indonesai berikut ini adalah tag untuk berita hari ini yang sedang anda baca - Muslimina - yang terpampang di situs blogspot milik kita bersama ini, dukung terus perkembangan blog dengan menjadi bagian dari anggota, segeralah bergabung dan follow G+ untuk mendapatkan berita terbaru dan berita yang lebih heboh lainnya di blogspot milik kita bersama ini, terima kasih, semoga artikel ini bisa membantu - Tags - berita indonesia terbaru , indonesia hari ini, informasi berita koran indonesia, edisi majalah indonesia, indonesia dalam berita , indonesia dalam angka, liputan berita terkini, berita harian indonesia, berita politik dan informasi indonesia, indonesia tahun ini, indonesia bulan ini, indonesia dalam minggu ini, sekilas tentang indonesia, update harian indonesia, indonesia dalam blogspot, indonesia dalam data, data indonesia dalam internet, internet dan berita , baca berita hari ini, edisi terbaru blogspot indonesia, indonesia dan isinya, topik indonesia hari ini, mulai hari ini dengan berita, berita pagi indonesia Selamat Beraktivitas , luangan waktu untuk share dan berkomentar.
Secara kaidah memang abaa karena didahului ya'. Kalau nggak ada ya' jadi abun. Kalau ada ya' mukhatabah jadi abii. Itu hanya masalah kaidah bahasa
ReplyDelete