Jakarta - Anggota Tim Sembilan, Jimly Asshidiqie, menyarankan agar Presiden Jokowi segera mengambil keputusan untuk tetap melantik atau membatalkan calon Kepala Polri Komisaris Jenderal Budi Gunawan (BG)
Menurut dia, penting bagi Presiden Jokowi untuk segera mengambil keputusan. Ada kemungkinan keputusan salah. Tapi Jimly mengatakan, kalau mengambil keputusan, salah, maka pahalanya satu. Kalau mengambil keputusan, benar, pahalanya dua. “Kalau tidak mengambil keputusan itu dosa. Membiarkan masalah berlarut-larut itu dosa," kata Jimly seperti dilansir Tempo, Minggu (15/2/2015).
Sejauh ini Presiden Jokowi setidaknya sudah tiga kali menunda keputusan tentang Budi Gunawan seperti catatan berikut ini:
1. Tak Jadi Menarik Pencalonan BG
Saat itu Presiden Joko Widodo mengatakan baru akan mengambil sikap mengenai nasib Komisaris Jenderal Budi Gunawan setelah sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada 15 Januari 2015. "Ada proses hukum di sini setelah penetapan tersangka oleh KPK. Tapi ada proses politik di DPR," kata Jokowi dalam konferensi pers, Rabu malam, 14 Januari 2015.
"Saya masih menunggu. Saya tidak tahu kapan paripurna di DPR selesai, setelah itu akan kita putuskan kebijakan apa yang akan diambil," tutur Jokowi.
Sehari sebelumnya, Presiden Jokowi sebetulnya berencana membahas nasib Budi Gunawan pada Selasa malam (13 Januari) di Istana, tapi batal. Malam itu, kesibukan justru terlihat di rumah Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta. Sejak pukul 17.37 hingga 19.00 WIB, tiga orang petinggi partai menyambangi rumah Megawati.
2. Tak Segera Membatalkan Pelantikan
Awal Februari lalu, Ketua Tim Sembilan, Syafii Maarif mengatakan Presiden Joko Widodo memiliki alasan khusus ketika menyatakan berencana membatalkan pelantikan Komisaris Jendral Budi Gunawan sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia.
Alasan Presiden, demi moralitas publik. "Saat telepon saya, dia bilang, alasan pertamanya ialah moralitas publik," kata Syafii sesuai berbicara di Seminar Pra Kongres Umat Islam Indonesia ke VI di Yogyakarta pada Rabu, 4 Februari 2015.
Ia mengaku menerima informasi tersebut saat dihubungi oleh Jokowi. Saat itu, Jokowi baru saja bertemu pimpinan parta-partai anggota koalisi pendukungnya, termasuk Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Saat dihubungi oleh Jokowi, Syafii mengira telah ada komunikasi yang membaik antara Jokowi dengan Megawati. "Saya kira cair setelah adik dan kakak itu ketemu, Mega kalau panggil Presiden kan adik Jokowi," kata dia.
Makanya, Syafii mengaku sempat bertanya ke Jokowi, "Pak Presiden, gimana sudah mencair?" Syafii melanjutkan, ternyata Jokowi menjawab, "Cair apanya, ini malah kacau. Tapi saya tidak akan melantik BG (Budi Gunawan)."
3. Masih Menunggu Praperadilan
Megawati bertemu Jokowi dan para petinggi partai di rumah dinas Wali Kota Surakarta atau Loji Gandrung pada Sabtu pagi, 14 Februari. Di antaranya adalah Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, Ketua Umum PPP Romahurmuziy, Ketua Umum PKPI Sutiyoso, dan Sekretaris Jenderal Partai NasDem Patrice Rio Capella.
Pesan Megawati diungkap oleh Sekretaris Jenderal Partai NasDem Patrice Rio Capella. Ia mengatakan, ada beberapa pesan Megawati kepada Presiden Jokowi saat pertemuan di Loji Gandrung, Solo. Salah satunya, terkait keputusan pelantikan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala Kepolisian RI.
"Kami sepakat untuk menunggu putusan praperadilan," kata dia saat dihubungi Tempo, Sabtu, 14 Februari 2015. Rio ikut dalam pertemuan petinggi Koalisi Indonesia Hebat tersebut.
Sumber Berita: www.edisinews.com
from Suaranews http://ift.tt/1MqbkxJ
via Berita Indonesia, SuaraNews, semua artikel resmi dari suaranews, silahkan kunjungi website suaranews untuk mendapatkan informasi dan berita yang lebih lengkap. nikmati terus informasi terbaru dan berita aktual lainnya juga. selamat beraktivitas
Post a Comment
This blog needed you to understand the word spam - never spam on this blog, although i will not moderate all of it, but you will learn it yourself, educate yourself